Pelaksanaan Ujaran
Pemahaman manusia terhadap suatu ujaran bisa saja terhenti pada
saat ujaran tersebut telah dapat kita pahami dan mengerti, akan tetapi bisa
juga dilanjutkan dengan dengan sebuah tindakan tertentu. Misalnya, saat kita
mendengar ujaran “Kemarin aku melihat Zulfikar sedang berolahraga”. Kita tidak
perlu merespon ujaran tersebut dengan suatu tindakan, maka kita cukup
mendengarkan atau menanggapi ujaran tersebut dengan tanggapan verbal saja. Akan
tetapi lain halnya saat kita mendengar ujaran “Tolong matikan lampu”. Maka
setelah kita memahami makna ujaran tersebut kita perlu melakukan suatu
tindakan. Jadi, secara garis besar pemahaman terhadap suatu ujaran dapat dibagi
menjadi dua bagian: 1) pemahaman yang hanya sekedar memahami makna ujaran, dan
2) pemahaman yang disertai dengan tindakan untuk melakukan makna ujaran
tersebut.
Berdasarkan buku Speech Acts karya J.R. Searle, tindak
ujaran terbagi menjadi 5 kelompok: [1] representatif, [2] direktif, [3]
komisif, [4] ekspresif, serta [5] deklarasi. Ujaran representatif ialah ujaran
yang hanya berisi pernyataan mengenai sesuatu, maka hal yang harus kita lakukan
ialah memilah-milah informasi tersebut, mana yang merupakan informasi baru dan
mana informasi yang sudah lama.
Sedangkan ujaran direktif
sendiri terbagi menjadi 3 macam: [1] pertanyaan dengan jawaban ya/tidak/bukan,
[2] pertanyaan mengenai mana/apa (WH-questions), serta [3]
perintah untuk melakukan sesuatu. Saat kita mendengar suatu ujaran yang
menuntut kita untuk memberikan jawaban ya/tidak, secara otomatis otak
kita akan “mengaduk-aduk” informasi yang telah ada pada memori otak kita.
Apabila di dalam memori otak kita telah tersimpan informasi mengenai pertanyaan
tersebut, maka dengan sendirinya akan muncul jawaban ya/tidak untuk
menanggapi pertanyaan tersebut. Sementara pertanyaan ya/tidak menanyakan
kebenaran suatu proposisi, maka lain halnya dengan pertanyaan mana/apa (WH-questions)
yang bertujuan untuk mencari suatu informasi tertentu. Jadi saat kita mendengar
pertanyaan mengenai mana/apa otak kita tidak hanya mencocokkan antara informasi
lama dan baru tetapi juga mencari informasi yang diperlukan. Sedangkan respon
kita untuk kalimat perintah adalah dengan melakukan suatu perbuatan sesuai
makna kalimat tersebut.
Ujaran komisif merupakan suatu ujaran yang menuntut penuturnya
untuk melakukan ujaran yang ia tuturkan, maka pelaksanaan tindak ujaran komisif
sama dengan tindak ujaran representatif, yaitu hanya sekedar menyimpan
informasi tersebut pada memori otak kita. Sementara itu ujaran ekspresif
menyatakan suatu keadaan psikologis seseorang maka tindak ujarannya bisa hanya
berupa tanggapan verbal, menyimpan informasi tersebut dalam memori atau bahkan
tidak perlu ada respon apa-apa. Sedangkan ujaran deklarasi ialah ujaran yang
dimaksudkan penuturnya untuk menciptakan suatu hal [status, keadaan, dan
lain-lain] yang baru maka penuturnya harus melalui syarat kelayakan agar si pendengar
dapat merasa yakin bahwa si penutur mempunyai wewenang untuk menuturkan apa
yang ia tuturkan. Jadi pelaksanaan tindak ujaran in hanya dapat dilakukan
apabila syarat kelayakannya telah terpenuhi.
(Dardjowidjojo, 2003: 99-107)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar