Jumat, 21 November 2014

Pikiran Berbahasa Dan Bahasa Berpikir

Pikiran Berbahasa Dan Bahasa Berpikir
Berbahasa adalah penyampaian pikiran atau perasaan dari orang yang berbicara mengenai masalah yang dihadapi dalam kehidupan budayanya (Chaer, 2002: 51). Dari pengertian tersebut dapat kita pahami bahwasanya berbahasa, berpikir, serta berbudaya merupakan tiga kegiatan yang saling berhubungan dalam kehidupan manusia. Karena dipengaruhi dari hubungan ketiganya yang sangat erat, maka muncullah dua hipotesis yang saling berlawanan dalam ilmu psikolinguistik. Hipotesis tersebut adalah: manakah yang lebih dahulu hadir bahasa atau pikiran; pikirankah, bahasakah, atau keduanya hadir secara bersamaan.
Seorang psikolog mashyur berkebangsaan Rusia, Lev Semyonovich Vygotsky, berpendapat bahwasanya terdapat suatu fase perkembangan bahasa sebelum adanya pikiran dan adanya suatu fase perkembangan pikiran sebelum adanya bahasa. Jadi pada mulanya pikiran dan bahasa berkembang secara terpisah. Lalu, ketika akhirnya kedua fase ini saling bertemu terjadilah proses kerja sama dan saling mempengaruhi yang disebut pikiran berbahasa dan bahasa berpikir.
Fase perkembangan bahasa pada manusia mengalami beberapa tahapan. tahapan-tahapan tersebut dapat kita saksikan pada seorang anak kecil (bayi). Tahapan tersebut dimulai saat ia mendengar suatu suara (bunyi) bahasa, misalnya “أَبِيْ”. Lalu kemudian saat ia mulai bisa berbicara ia akan mulai mengeluarkan bunyi tersebut meskipun dalam satu suku kata saja, misalnya “بِيْ”. Lalu secara perlahan-lahan ia bisa mengucapkan dua suku kata atau lebih, “+بِيْأَ”. Seiring dengan bertambahnya usia si anak tersebut mulai bisa menyusun kalimat sederhana أَشْرَبْأَبِيْ”, hingga kemudian ia dapat menyusun kalimat yang terstruktur seperti,  أَبِيْ أُرِيْدُ أَنْ أَشْرَبَيَا.
 Perkembangan pikiran yang terjadi pada anak kecil dimulai saat ia mulai melihat dan mendengar segala sesuatu di dunia ini. Seperti misalnya seorang bayi yang diajari untuk mengucapkan “ أُمِّيْ” untuk memanggil ibunya tetapi ia masih belum bisa mengucapkan kata tersebut. Akan tetapi dalam pikiran si bayi telah terdapat suatu konsep (gambaran), bahwa seorang wanita yang selalu ada di dekatnya dan selalu mengurusi keperluannya adalah أُمِّيْ” walaupun ia masih belum dapat mengucapkan kata tersebut. Ketika ada seorang asing yang mendekat pada si bayi tersebut secara spontan ia akan berusaha mendekat ke arah umminya, karena dalam pikiran bayi tersebut hanya umminyalah yang dapat melindunginya. ketika seorang bayi diberi sebuah permainan lego, si bayi tersebut dapat secara perlahan-lahan mengelompokkan lego berdasarkan warna tertentu, walaupun si bayi tersebut belum dapat mengatakan warna apakah itu.
Contoh di atas menunjukkan bahwasanya bahasa dan pikiran mengalami fase perkembangan secara terpisah. Lalu ketika akhirnya kedua fase tersebut saling bertemu terjadilah proses kerja sama dan saling mempengaruhi, seperti pada saat seorang anak mengucapkan sebuah kalimat yang terstruktur, pikirannyalah yang membantu menyusun kalimat tersebut sesuai dengan struktur sintaksis. Proses kerjasama antara bahasa dan pikiran inilah yang disebut dengan pikiran berbahasa dan bahasa berpikir.
                                                                                                           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar