BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu kelebihan manusia jika dibandingkan denagan makhluk-makhluk
lainnya dimuka bumi terletak pada bahasa yang dimilikinya. Bahasa memainkan
peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Semua orang pasti memiliki
pengertian tentang apa itu bahasa, tetapi mungkin mendapati kesulitan untuk
mendefinisikannya. Definisi pada dasarnya adalah sari pati suatu pengertian
atau teori dan sebaliknya pengertian atau teori adalah definisi yang dikembangluaskan.
Bahasa adalah system lambing bunyi yang dipergunakan oleh para anggota
suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri.
Bahasa merupakan sebuah gabungan dari makna dan bunyi. Bahasa digabungkan oleh
tiga buah komponen, yaitu: komponen leksikon, komponen gramatikal, dan komponen
fonologi.
Bahasa dipelajari oleh tiap manusia secara berproses, yaitu sejak bayi
antara usia6-8 minggu anak mulai mendekut (cooing), merupakan bunyi-bunyi yang
belum bisa diidentifikasi karena hanya menyerupai bunyi vocal dan konsonan;
kemudian sekitar umur 6 bulan anak mulai mampu berceloteh (babbling) dengan
menuturkan bunyi yang berupa suku kata; lalu pada umur sekitar 1 tahun anak
mulai mampu menuturkan bunyi yang sudah
bisa didentifikasi sebagai kata meskipun belum lengkap, misalnya untuk kata ikan
hanya akan dilafalkan dengan kan; perkembangan selanjutnya, anak
akan mulai mampu berujar dengan ujaran satu kata (one word utterance), menjelang
umur dua tahun barulah anak mulai mampu berujar dengan ujaran dua kata (two
word utterance); hingga pada sekitar umur 4-5 tahun anak akan mampu
berkomunikasi dengan lancar. kemampuan berujar anak dengan patokan-patokan
diatas bersifat relative karena perbedaan factor biologi pada setiap manusia,
namun urutan pemerolehan bahasa pada anak itu sama dari dekutan (cooing),
kecelotehan (babbling), keujaran satu kata (one word utterance), kemudian ke ujaran dua
kata (one word utterance), kemudian ke ujaran dua kata (two word
utterance), dan seterusnya.
Gangguan bahasa dan berbicara adalah salah satu penyebab gangguan
perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak. Gangguan bicara dan bahasa
terdiri dari masalah artikulasi, masalah suara, masalah kelancaran berbicara
yang biasa disebut dengan gagap; afasia, yaitu kesulitan dalam menemukan dan
menggunakan kata-kata, biasanya akibat gangguan pembuluh darah otak (stroke)
dan juga luka-luka kepala karena kecelakaan serta keterlambatan dalam berbicara
atau berbahasa.
Makalah ini akan membahas salah satu gangguan bicara atau gagap yang
terjadi pada anak penyebab terjadinya karakteristik atau gejala, serta
penanganan pada anak yang mengalaminya. Secara garis besar, gagap dapat
didefinisikan sebagai gangguan kelancaran atau abnormalitas dalam kecepatan
atau irama bicara. Gejalanya terdapat pengulangan suara, suku kata atau kata
atau suatu bloking yang spasmodic, bisa terjadi spasmetonik dari otot-otot
bicara seperti lidah, bibir, dan laring.
Gangguan kelancaran berbicara menarik untuk dikaji karena gangguan
kelancaran berbicara dapat menghambat anak dalam berkomunikasi dengan orang
lain, sehingga dapat berpengaruh pada kondisi psikologis anak yang dapat
berakibat fatal dan membuat anak terisolir dari lingkungan sosial dan
pendidikannya.
Rumusan masalah
1. Bagaimanakah gambaran otak manusia?
2. Bagaimanakah hubungan otak manusia dengan
bahasa?
3. Bagaimanakah peran hemisfer kiri dan kanan?
4.
Apakah yang dimaksud dengan gangguan wicara?
Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui gambaran otak manusia.
2. Untuk mengetahui hubungan otak manusia dengan
bahasa.
3. Untuk mengetahui peran hemisfer kiri dan
kanan.
4.
Apakah yang dimaksud dengan gangguan wicara.
NEUROLINGUISTIK
Makalah Dipresentasikan Untuk Mata Kuliah
LINGUISTIK UMUM
Oleh :
Lailatul
hikmia A01213050
Lia
kurniawati A01213051
Lina
muflihah A01213052
M. fatchur rozak A01213053
Mabrurotul aimmah A01213058
Dosen Pengampu :
Dr. Faizur Rosyad, M.Ag.
PROGRAM STUDI SASTRA DAN BAHASA ARAB
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2013
BAB II
PEMBAHASAN
A.Gambaran Otak Manusia
Otak (serebrum
dan serebelum) adalah salah satu komponen dalam sistem susunan saraf manusia.
Komponen lainnya adalah sunsum tulang belakang (medula spinalis) dan saraf
tepi. Otak berada di dalam ruang tengkorak, sementara medula spinalis berada di
dalam ruang tulang belakang , sedangkan saraf tepi berada di luar kedua ruang
tadi.
Otak terdiri
dari dua hemisfer (belahan), yaitu hemisfer kiri dan hemisfer kanan, yang
dihubungkan oleh korpus kalosum. Tiap hemisfer terbagi lagi dalam bagian-bagian
besar yang disebut sebagai lobus, yaitu lobus frontalis, lobus parietalis,
lobus oksipitalis, dan lobus temporalis.
1.
Lobus
frontalis pada hemisfer kiri mempunyai tugas untuk mengurusi hal yang berkaitan
dengan kognisi. Pada daerah ini ada suatu daerah yang dikenal dengan daerah
Broca. Di dekat daerah Broca terdapat jalur yang dinamakan korteks motor, yang
bertugas mengendalikan alat-alat ujaran seperti lidah, rahang, bibir, gigi dan
pita suara. Daerah broca ditemukan oleh seorang ahli bedah saraf asal Perancis
yang bernama Pierre Paul Broca pada tahun 1861. Ia melakukan penelitian
terhadap pasiennya yang mengalami gangguan wicara.
2.
Lobus
parietalis pada hemisfer kiri mempunyai tugas untuk mengurusi rasa somaestik,
yaitu rasa yang ada pada tangan, kaki, muka dan lain sebagainya. Bagian ini
juga menerima informasi dari rasa-rasa tentang tekanan, tekstur dan temperatur.[1]
3.
Lobus
oksipitalis pada hemisfer kiri berkaitan dengan penglihatan.
4.
Lobus
temporalis pada hemisfer kiri berkaitan dengan pendengaran. Seorang ahli saraf
yang berasal dari Jerman, carl Wernicke mempunyai seorang pasien yang menderita
gangguan wicara. Pasien ini dapat berbicara dengan lancar, tetapi maknanya
tidak dapat dipahami. Setelah diteliti lebih lanjut ditemukan behwa di lobus
temporalis dan agak menjorok ke daerah parietalis ada bagian yang berkaitan
dengan komprehensi. Daerah ini kemudian dikenal dengan nama daerah Wernicke.
Daerah ini wernicke ini banyak berperan dalam pemahaman ujaran.[2]
Permukaan otak
(korteks serebri) tampak berkelok-kelok membentuk lekukan (sulkus) dan benjolan
(girus). Dengan adanya sulkus dan girus ini permukaan otak yang disebut korteks
serebri itu menjadi lebih luas.
B.Fungsi Kebahasaan Otak
Dari struktur
serta organisasi otak manusia, tampak bahwa otak memang memegang peranan
penting dalam bahasa. Berikut ini adalah keterkaitan otak dengan bahasa.
Apabila input
yang masuk itu dalam bentuk lisan, maka bunyi-bunyi itu ditanggapi di lobus
temporal, khususnya oleh korteks primer pendengaran. Di sini input
tersebut diolah secara rinci. Setelah
diterima, dicerna dan diolah, maka bunyi bahas tersebut dikirim ke daerah
Wernicke untuk diinterpretasikan. Di daerah ini, bunyi tersebut dipilah-pilah
menjadi suku kata, kata, frasa, klausa, dan akhirnya kalimat.
Setelah diberi
makna dan dipahami isinya maka ada dua kemungkinan. Jika input tadi hanya
sekedar informasi yang tidak perlu ditanggapi, maka input tersebut cukup
disimpan saja dalam memori. Suatu saat mungkin informasi tersebut diperlukan.
Namun jika input tadi perlu ditanggapi secara verbal, maka interpretasi
tersebut dikirim ke daerah broca melalalui fasikulus arkuat.
Di daerah broca
proses penanggapan dimulai. Setelah diputuskan tanggapan verbal itu bunyinya
seperti apa, maka daerah broca memerintahkan motor korteks untuk
melaksanakannya.
Apabila input
bukan dalam bentuk lisan atau bunyi, tetapi dalam bentuk tulisan, maka cara
pemerosesannya agak berbeda. Input tidak ditanggapi oleh korteks primer
pendengaran, tetapi ditanggapi oleh korteks visual di lobus ospital. Inut ini
tidak langsung dikirim ke daerah Wernicke, tetapi harus melewati girus anguler
yang mengkordinasikan daerah pemahaman dengan daerah ospital. Setelah tahap
ini, prosesnya sama, yaitu pemahaman masukan tersebut di daerah Wernicke.
Kemudian dikirim ke daerah Broca, bila memerlukan tanggapan verbal. Bila
tanggapannya berupa visual, maka informasi tersebut dikirim ke daerah parietal
untuk diproses visualisasinya.
Kedua hemisfer
otak mempunyai peranan yang yang berbeda-beda. Fungsi bicara-bahasa dipusatkan
pada hemisfer kiri. Hemisfer kiri ini disebut juga hemisfer dominan bagi
bahasa, dan korteksnya dinamakan korteks bahasa. Hemisfer dominan atau superior
memang agak berbeda dari hemisfer yang tidak dominan (inferior). Hemisfer
dominan lebih berat, lebih besar girusnya dan lebih panjang. Hemisfer kiri yang
terutama mempunyai arti penting bagi bicara-bahasa, juga berperan untuk fungsi
memori yang bersifat verbal (verbal memory). Sebaliknya, hemisfer kanan penting
untuk fungsi emosi, lagu isyarat (gesture), baik yang emosional maupun verbal.
Hemisfer kiri
memang dominan untuk fungsi bicara bahasa, tetapi tanpa aktifitas hemisfer kanan, maka pembicaraan
seseorang akan menjadi mononton, tak ada lagu kalimat, tanpa menampakkan adanya
emosi dan tanpa disertai isyarat-isyarat bahasa.
C.Peran Hemisfer Kiri Dan Hemisfer Kanan
Sebuah
penelitian yang amat mendasar mengungkapkan bahwa kedua belahan otak menjalakn
fungsinya yang berbeda. Kedua belahan tersebut dihubungkan oleh jaringan yang
amat kompleks dari 300 juta neutron. Jaringan ini mengirimkan informasi antar
kedua belahan otak.[3]
Hemisfer kiri
dan kanan mengendalikan anggota tubuh yang berlawanan. Hemisfer kkiri
mengendalikan anggota tubuh bagian kanan. Sedangkan hemisfer kanan mengendalikan
anggota tubuh bagian kiri
Hasil
penelitian tentang kerusakan otak yang dilakukan oleh Broca dan Wernicke
mengarah pada kesimpulan bahwa hemisfer kiri dilibtkan dalam hubungannya dengan
fungsi bahasa. Hal ini juga disebut dengan hemisfer yang dominan. Khrasen
(1977) mengemukakan lima alasan yang mendasari lima kesimpulan itu. Kelima
alasan itu ialah :[4]
1.hilangnya
kemampuan berbahasa akibat kerusakan otak lebih sering disebabkan oleh
kerusakan jaringan hemisfer kiri daripada hemisfer kanan.
2.ketika
hemisfer kiri dianastesia, kemampuan berbahasa menjadi hilang. Tetapi ketika
hemisfer kanan yang dianastesia, kemampuan berbahasa itu tetap ada.
3.
sewaktu bersaing dalam menerima masukan bahasa secara umum (tes dikotik),
ternyata telinga kanan lebih unggul dalam keceptann dan ketepatan pemahaman.
4.Ketika
materi bahasa diberikan melalui penglihatan mata kanan dan mata kiri, maka mata
kanan lebih cepat dan tepat dalam menangkap materi tersebut.
5.Pada
waktu melakukan kegiatan berbahasa, baik secara terbuka maupun tertutup,
hemisfer kiri menunjukka kegiatan elektris lebih hebat daripada hemisfer kanan.
Hal ini diketahui melalui analisis gelombang otak.
Dalam
pembahasan peran hemisfer kiri dan kanan dalam bahasa berkaitan dengan beberapa
teori yang berkaitan dengan hal tersebut, yaitu :
1.
Teori
Lateralisasi
Teori
Lateralisasi adalah suatu teori yang dapat ditarik secara jelas bahwa belahan
korteks dominan (hemisfer kiri) bertanggung jawab untuk mengatur penyimpanan,
pemahaman dan produksi bahasa. Dari definisi ini sudah dapat ditarik kesimpulan
yang menyatakan adanya spesialisasi atau semacam pembagian kerja pada
daerah-daerah otak serebrum manusia berdasarkan teori Broca dan Wernicke.
Berikut dikemukakan beberapa eksperiman yang pernah dilakukan untuk menyokong
teori lateralisasi tersebut.
a.Tes Menyimak Rangkap
(Dichotic Listening)
Tes ini pertama
kali diperkenalkan oleh Broadbent. Tes ini dilakukan dengan memperdengarkan
pasangan kata yang berbeda (misalnya boy dan girl atau dog dan cat) pada waktu
yang betul-betul bersamaan di telinga kiri dan telinga kanan orang yang dites
dengan kenyaringan yang sama. Umpamanya, pada telinga kiri orang yang dites
diperdengarkan kata girl dan pada telinga kanan diperdengarkan kata boy.
Ternyata kata boy
yang diperdengarkan pada telinga sebelah kanan dapat diulangi dengan baik
daripada kata girl yang diperdengarkan di telinga sebelah kiri. Tes yang
dilakukan berulang-ulang terhadap orang-orang berbeda (baik anak-anak maupun
dewasa) dan dengan pasangan kata yang berbeda-beda ternyata memberi hasil yang
sama, kata yang diperdengarkan di telinga sebelah kanan dapat diulang dengan
baik sedangkan kata yang diperdengarkan di telinga sebelah kiri tidak dapat diulang dengan baik. Hasil tes ini
membuktikan bahwa telinga kanan (yang dilandasi oleh hemisfer kiri) lebih peka
terhadap bunyi-bunyi bahasa dibandingkan dengan telinga kiri (yang dilandasi
oleh hemisfer kanan).
b.Tes Stimulus Elektris (Electrical Stimulation of Brain)
Tes stimulus elektrik ini pertama
kali dilakukan oleh Penfield dan Rasmussen,lalu Penfield dan Robert. Penfield
dan Robert menemukan bahwa stimulus elektris pada korteks sebelah kiri telah
menyebabkan si pasien kehilangan kemampuan untuk berbicara, sedangkan stimulus
yang sama pada korteks sebelah kanan tidak mengganggu kemampuan berbicara si
pasien.
c.Tes Grafik
Kegiatan Elektris (Electrics-Encephalo-Graphy)
Tes ini dilakukan untuk mengetahui adakah alliran listrik pada otak
apabila seseorang sedang bercakap-cakap dan kalau ada bagian manakah yang giat
mendapatkan aliran listrik ini. Tes grafik kegiatan elektris ini juga telah
membuktikan bahwa lateralisasi untuk bahasa adalah pada hemisfer kiri,
sedangkan hemisfer kanan untuk fungsi-fungsi lain yang bukan bahasa.
d.Tes Wada (Tes Amysal)
Tes wada ini
pertama kali diperkenalkan oleh pakar Jepang bernama J. Wada. Dalam tes ini
obat sodium amysal diinjeksikan dalam system peredaran salah satu belahan otak.
Belahan otak yang mendapat obat ini menjadi lumpuh untuk sementara. Jika
hemisfer kanan dilumpuhkan maka anggota tubuh sebelah kiri tidak dapat
berfungsi tetapi fungsi bahasa tidak terganggu dan orang ini dapat
bercakap-cakap. Namun saat hemisfer kiri yang diberi, maka anggota badan
sebelah kanan yang menjadi lumpuh termasuk fungsi bahasa. Jelas, hasil tes ini
membuktikan bahwa pusat bahasa berada pada hemisfer kiri.
e.Teknik Fisiologi Langsung (Direct Physiological Technique)
Teknik ini telah dilakukan oleh Cohn untuk memperkuat hail-hasil
yang dilakukan dengan teknik psiko-fisiologi, yaitu tes menyimak rangkap
(dichotic listening). Pada tes menyimak rangkap menyangkut juga faktor
psikologi karena subjek ditanyakan oleh orang yang mengetes apa yang ia dengar.
Teknik fisiologi ini merekam secara langsung getaran-getaran elektris pada otak
dengan cara electro-encephalo-grapky. Setelah telinga kanan dan kiri secara
berturut-turut diperdengarkan bunyi bising dan bunyi ujaran bahasa, ternyata suara
bising terekam dengan baik pada hemisfer kanan, sedangkan bunyi ujaran bahasa
terekam dengan baik pada hemisfer kiri.
f.Teknik Belah Dua Otak (Bisected Brain Technique)
Pada teknik ini
kedua hemisfer sengaja dipisahkan dengan memotong korpus kolosum, sehingga
kedua hemisfer itu tidak mempunyai hubungan. Kemudian pada tangan kiri pasien
yang matanya ditutup diletakkan misalnya sebuah anak kunci. Ternyata si pasien
mengenal benda itu dengan melakukan gerak membuka pintu dengan menggunakan anak
kunci tersebut, tetapi ia tidak dapat menyebutkan nama benda tersebut. Karena
penyebutan nama benda dilandasi oleh hemisfer kiri, sedangkan tangan kiri yang
memegang benda tersebut dilandasi oleh hemisfer kanan. Dengan kata lain,
hemisfer kiri tidak mengetahui apa yang dikerjakan oleh hemisfer kanan karena
hubungan keduanya telah diputuskan.
2. Teori Lokalisasi
Teori lokalisasi atau yang lazim juga disebut pandangan lokalisasi
berpendapat bahwa pusat-pusat bahasa dan ucapan berada di daerah Broca dan
Wernicke sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya. Ada beberapa cara lain
untuk menunjukkan teori lokalisai ini, antara lain sebagai berikut:
a.
Teknik
Stimulus Elektrik
Teknik ini dilakukan dengan cara menstimulasi bagian-bagian
tertentu permukaan korteks dengan aliran listrik. Mereka menemukan bahwa hanya
pada tiga bagian yang terdapat kelainan-kelainan yang merusak bahasa yaitu
daerah Broca, Wernicke dan korteks motor.
b.
Teknik
Perbedaan Anatomi Otak
Geschwind dan Levistsky telah menganalisis secara terperinci 100 otak
manusia normal setelah mereka meninggal. Keduanya menemukan bahwa planun
temporal yaitu daerah di belakang girus Hescl (daerah-daerah bahasa, medan
Wernicke) jauh lebih besar pada hemisfer kiri.Bahkan perbedaan ini dapat
langsung dilihat oleh mata.
c.
Cara
melihat Otak Dengan PET (Positron Emission Tomography)
Dengan cara ini kita melihat bagian-bagian otak, terutama korteks
pada waktu bagian-bagian itu sedang berfungsi. Dengan cara, setengah jam
sebelum kepala pasien dimasukkan ke dalam PET, cairan glukosa beradioaktif
disuntikkan ke lengannya. Jika suatu bagian otak bekerja aktif, dia memerlukan
glukosa yang banyak. Maka dengan pertolongan glukosa ini proses-proses
pemikiran dalam otak yang bekerja dan memerlukan glukosa akan tampak bersinar,
berwarna merah dan bergerak-gerak.
D.Gangguan Berbahasa
Meskipun ukuran
otak hanya maksimal 2% dari seluruh ukuran badan manusia akan tetapi otak
banyak sekali menyedot energi. Apabila aliran darah pada otak tidak cukup atau
ada penyempitan pembuluh darah maka akan terjadi kerusakan pada otaki atau
biasa disebut dengan stroke.
Stroke mempunyai
berbagai akibat karena adanya control silang dari hemisfer kiri dan kanan.
Apabila stroke terdapat pada hemisfer kiri maka akan menyebabkan gangguan pada
belahan kanan dan sebaliknya. Biasanya kerusakan pada hemisfer kiri
mengakibatkan munculnya gangguan wicara. Gangguan wicara yang disebabkan oleh
stroke disebut dengan afasia (aphasia).
Afasia juga diartikan sebagai gangguan yang berkenaan
dengan hilangnya kemampuan seseorang dalam berbicara atau menulis, mamahami
makna ujaran yang diucapkan. Adapun macam-macam afasia adalah sebagai berikut:
1.
Afasia
Broca
Afasia
Broca ialah kerusakan yang terjadi pada daerah broca,karena daerah ini
berdekatan dengan jalur korteks motor, sehingga alat-alat ujaran seperti mulut
bisa terganggu. Kadang-kadang mulut bisa bencong dan menyebabkan gangguan pada
pengungkapan ujaran sehingga kalimat yang diproduksi terpatah-patah.
2.
Afasia wernicke
Afasia
Wernicke ialah kerusakan pada daerah wernicke, sehingga penderita afasia ini
tetap lancar berbicara hanya saja kalimat-kalimatnya sukar untuk dimengerti
karena banyak kata yang tidak cocok dengan maknanya dengan kata-kata lain
sebelum dan sesudahnya.
3.
Afasia Anomic
Afasia anomic
ialah kerusakan otak terjadi pada bagian depan dari lobe pariental atau pada
batas antara lobe pariental dengan lobe temporal. Sehingga penderita ini tidak
mampu mengaitkan konsep dan bunyi. Jadi bila pasien ini diminta untuk mengambil
benda yang bernama gunting dia akan bisa melakukannya. Akan tetapi, kalau
kepadanya di tunjukkan gunting dia tidak dapat mengatakan nama benda itu.
4.
Afasia Global
Afasia global
ialah kerusakan yang terjadi tidak hanya satu daerah saja tetapi dibeberapa
daerah yang lain, kerusakan bisa menyebar dari daerah broca melewati korteks
motor menuju lobe pariental dan sampai kedaerah wenicke. Sehingga mengakibatkan
gangguan fisikal dan verbal yang sangat besar. Dari segi fisik penderita bisa
lumpuh disebelah kanan, mulut bisa moncong dan lidah bisa menjadi tidak cukup
fleksibel, dari segi verbal dia bisa sukar memahami ujaran orang dan ujaran dia
tidak mudah dimengerti orang karena kata-kata yang tidak jelas.
5.
Afasia Konduksi
Afasia konduksi
ialah kerusakan yang terjadi pada organ yang menghubungkan lobe frontal dan
lobe temporal sehingga penderita ini tidak dapat mengulangi kata yang diberikan
padanya.
6.
Disartia (dysarthria)
Ialah gangguan
yang berupa lafadz ujaran yang tidak jelas tetapi ujarannya utuh. Gangguan ini
terjadi karena bagian rusak pada otak hanyalah pada bagian korteks motor saja,
sehinnga
Mungkin hanya
lidah bibir atau rahangnya saja yang berubah.
7.
Demensia (Dementia)
Demensia ialah
gangguan pada pembuatan ide yang akan dikatakan, sehinnga isi ujaran bisa
loncat-loncat kesana kemari.
8.
Aleksia (Alexia)
Aleksia ialah
hilangnya kemampuan untuk membaca.
9.
Agrafia (Agraphia)
Agrafia ialah
hilangnya kemampuan untuk menulis dengan huruf-huruf yang normal.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN.
Otak
terdiri dari dua hemisfer (belahan), yaitu hemisfer kiri dan hemisfer kanan,
yang dihubungkan oleh korpus kalosum. Tiap hemisfer terbagi lagi dalam
bagian-bagian besar yang disebut sebagai lobus, yaitu lobus frontalis, lobus
parietalis, lobus oksipitalis, dan lobus temporalis.
Hemisfer kiri memang dominan untuk fungsi bicara bahasa, tetapi
tanpa aktifitas hemisfer kanan, maka
pembicaraan seseorang akan menjadi mononton, tak ada lagu kalimat, tanpa
menampakkan adanya emosi dan tanpa disertai isyarat-isyarat bahasa
Teori Lateralisasi adalah suatu teori yang dapat ditarik secara
jelas bahwa belahan korteks dominan (hemisfer kiri) bertanggung jawab untuk
mengatur penyimpanan, pemahaman dan produksi bahasa.
Teori lokalisasi atau yang lazim juga disebut pandangan lokalisasi
berpendapat bahwa pusat-pusat bahasa dan ucapan berada di daerah Broca dan
Wernicke
Kerusakan pada hemisfer kiri mengakibatkan munculnya gangguan
wicara. Gangguan wicara yang disebabkan oleh stroke disebut dengan afasia
(aphasia).
DAFTAR PUSTAKA
Chaer Abdul. Psikolinguistik.
Jakarta. PT Rineka Cipta, 2009
Rose Colin Dkk
. Accelerted Learning, diterjemahkan oleh Dedy Ahimsa. Jakarta.
Anggota IKAPI, 2006.
[1] Suryani,
Psikologi Kognitif, (Surabaya : Dakwah Digital Press, 2007), hal. 23
[2]
Danny D. Steinberg, Psycholinguistics, (England : Pearson Education Limited,
2001), hal. 322
[3] Colin
Rose dan Malcom J. Nicholl, Accelerted Learning, diterjemahkan oleh Dedy Ahimsa
(Jakarta :
Anggota IKAPI, 2006), hal 125
[4] Abdul
Chaer, Psikolinguistik,(Jakarta; PT.Rieneka Cipta) Hal. 124
Casino City, NY - MapyRO
BalasHapusCasino 경산 출장샵 City in 동해 출장마사지 New York, NY 삼척 출장안마 at MapyRO. View real-time driving 영주 출장마사지 directions, reviews and 오산 출장안마 road conditions for Casino City, NY.