Kamis, 05 Juni 2014

NEUROLINGUISTIK



BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang

Salah satu kelebihan manusia jika dibandingkan denagan makhluk-makhluk lainnya dimuka bumi terletak pada bahasa yang dimilikinya. Bahasa memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Semua orang pasti memiliki pengertian tentang apa itu bahasa, tetapi mungkin mendapati kesulitan untuk mendefinisikannya. Definisi pada dasarnya adalah sari pati suatu pengertian atau teori dan sebaliknya pengertian atau teori adalah definisi yang dikembangluaskan.
Bahasa adalah system lambing bunyi yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri. Bahasa merupakan sebuah gabungan dari makna dan bunyi. Bahasa digabungkan oleh tiga buah komponen, yaitu: komponen leksikon, komponen gramatikal, dan komponen fonologi.
Bahasa dipelajari oleh tiap manusia secara berproses, yaitu sejak bayi antara usia6-8 minggu anak mulai mendekut (cooing), merupakan bunyi-bunyi yang belum bisa diidentifikasi karena hanya menyerupai bunyi vocal dan konsonan; kemudian sekitar umur 6 bulan anak mulai mampu berceloteh (babbling) dengan menuturkan bunyi yang berupa suku kata; lalu pada umur sekitar 1 tahun anak mulai mampu menuturkan bunyi  yang sudah bisa didentifikasi sebagai kata meskipun belum lengkap, misalnya untuk kata ikan hanya akan dilafalkan dengan kan; perkembangan selanjutnya, anak akan mulai mampu berujar dengan ujaran satu kata (one word utterance), menjelang umur dua tahun barulah anak mulai mampu berujar dengan ujaran dua kata (two word utterance); hingga pada sekitar umur 4-5 tahun anak akan mampu berkomunikasi dengan lancar. kemampuan berujar anak dengan patokan-patokan diatas bersifat relative karena perbedaan factor biologi pada setiap manusia, namun urutan pemerolehan bahasa pada anak itu sama dari dekutan (cooing), kecelotehan (babbling), keujaran satu kata (one  word utterance), kemudian ke ujaran dua kata (one word utterance), kemudian ke ujaran dua kata (two word utterance), dan seterusnya.
Gangguan bahasa dan berbicara adalah salah satu penyebab gangguan perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak. Gangguan bicara dan bahasa terdiri dari masalah artikulasi, masalah suara, masalah kelancaran berbicara yang biasa disebut dengan gagap; afasia, yaitu kesulitan dalam menemukan dan menggunakan kata-kata, biasanya akibat gangguan pembuluh darah otak (stroke) dan juga luka-luka kepala karena kecelakaan serta keterlambatan dalam berbicara atau berbahasa.
Makalah ini akan membahas salah satu gangguan bicara atau gagap yang terjadi pada anak penyebab terjadinya karakteristik atau gejala, serta penanganan pada anak yang mengalaminya. Secara garis besar, gagap dapat didefinisikan sebagai gangguan kelancaran atau abnormalitas dalam kecepatan atau irama bicara. Gejalanya terdapat pengulangan suara, suku kata atau kata atau suatu bloking yang spasmodic, bisa terjadi spasmetonik dari otot-otot bicara seperti lidah, bibir, dan laring.
Gangguan kelancaran berbicara menarik untuk dikaji karena gangguan kelancaran berbicara dapat menghambat anak dalam berkomunikasi dengan orang lain, sehingga dapat berpengaruh pada kondisi psikologis anak yang dapat berakibat fatal dan membuat anak terisolir dari lingkungan sosial dan pendidikannya.
Rumusan masalah
1.      Bagaimanakah gambaran otak manusia?
2.      Bagaimanakah hubungan otak manusia dengan bahasa?
3.      Bagaimanakah peran hemisfer kiri dan kanan?
4.      Apakah yang dimaksud dengan gangguan wicara?
Tujuan Masalah
1.      Untuk mengetahui gambaran otak manusia.
2.      Untuk mengetahui hubungan otak manusia dengan bahasa.
3.      Untuk mengetahui peran hemisfer kiri dan kanan.
4.      Apakah yang dimaksud dengan gangguan wicara.






















NEUROLINGUISTIK
Makalah Dipresentasikan Untuk Mata Kuliah
LINGUISTIK UMUM




Oleh :
                                                                Lailatul hikmia                    A01213050
                                                                Lia kurniawati                    A01213051
                                                                Lina muflihah                     A01213052
M. fatchur rozak               A01213053
Mabrurotul aimmah       A01213058         
Dosen Pengampu :
Dr. Faizur Rosyad, M.Ag.
PROGRAM STUDI SASTRA DAN BAHASA ARAB
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2013








BAB II
PEMBAHASAN

A.Gambaran Otak Manusia
Otak (serebrum dan serebelum) adalah salah satu komponen dalam sistem susunan saraf manusia. Komponen lainnya adalah sunsum tulang belakang (medula spinalis) dan saraf tepi. Otak berada di dalam ruang tengkorak, sementara medula spinalis berada di dalam ruang tulang belakang , sedangkan saraf tepi berada di luar kedua ruang tadi.
Otak terdiri dari dua hemisfer (belahan), yaitu hemisfer kiri dan hemisfer kanan, yang dihubungkan oleh korpus kalosum. Tiap hemisfer terbagi lagi dalam bagian-bagian besar yang disebut sebagai lobus, yaitu lobus frontalis, lobus parietalis, lobus oksipitalis, dan lobus temporalis.
1.      Lobus frontalis pada hemisfer kiri mempunyai tugas untuk mengurusi hal yang berkaitan dengan kognisi. Pada daerah ini ada suatu daerah yang dikenal dengan daerah Broca. Di dekat daerah Broca terdapat jalur yang dinamakan korteks motor, yang bertugas mengendalikan alat-alat ujaran seperti lidah, rahang, bibir, gigi dan pita suara. Daerah broca ditemukan oleh seorang ahli bedah saraf asal Perancis yang bernama Pierre Paul Broca pada tahun 1861. Ia melakukan penelitian terhadap pasiennya yang mengalami gangguan wicara.
2.      Lobus parietalis pada hemisfer kiri mempunyai tugas untuk mengurusi rasa somaestik, yaitu rasa yang ada pada tangan, kaki, muka dan lain sebagainya. Bagian ini juga menerima informasi dari rasa-rasa tentang tekanan, tekstur dan temperatur.[1]
3.      Lobus oksipitalis pada hemisfer kiri berkaitan dengan penglihatan.
4.      Lobus temporalis pada hemisfer kiri berkaitan dengan pendengaran. Seorang ahli saraf yang berasal dari Jerman, carl Wernicke mempunyai seorang pasien yang menderita gangguan wicara. Pasien ini dapat berbicara dengan lancar, tetapi maknanya tidak dapat dipahami. Setelah diteliti lebih lanjut ditemukan behwa di lobus temporalis dan agak menjorok ke daerah parietalis ada bagian yang berkaitan dengan komprehensi. Daerah ini kemudian dikenal dengan nama daerah Wernicke. Daerah ini wernicke ini banyak berperan dalam pemahaman ujaran.[2]
Permukaan otak (korteks serebri) tampak berkelok-kelok membentuk lekukan (sulkus) dan benjolan (girus). Dengan adanya sulkus dan girus ini permukaan otak yang disebut korteks serebri itu menjadi lebih luas.

B.Fungsi Kebahasaan Otak  
Dari struktur serta organisasi otak manusia, tampak bahwa otak memang memegang peranan penting dalam bahasa. Berikut ini adalah keterkaitan otak dengan bahasa.
Apabila input yang masuk itu dalam bentuk lisan, maka bunyi-bunyi itu ditanggapi di lobus temporal, khususnya oleh korteks primer pendengaran. Di sini input tersebut  diolah secara rinci. Setelah diterima, dicerna dan diolah, maka bunyi bahas tersebut dikirim ke daerah Wernicke untuk diinterpretasikan. Di daerah ini, bunyi tersebut dipilah-pilah menjadi suku kata, kata, frasa, klausa, dan akhirnya kalimat. 
Setelah diberi makna dan dipahami isinya maka ada dua kemungkinan. Jika input tadi hanya sekedar informasi yang tidak perlu ditanggapi, maka input tersebut cukup disimpan saja dalam memori. Suatu saat mungkin informasi tersebut diperlukan. Namun jika input tadi perlu ditanggapi secara verbal, maka interpretasi tersebut dikirim ke daerah broca melalalui fasikulus arkuat.
Di daerah broca proses penanggapan dimulai. Setelah diputuskan tanggapan verbal itu bunyinya seperti apa, maka daerah broca memerintahkan motor korteks untuk melaksanakannya.
Apabila input bukan dalam bentuk lisan atau bunyi, tetapi dalam bentuk tulisan, maka cara pemerosesannya agak berbeda. Input tidak ditanggapi oleh korteks primer pendengaran, tetapi ditanggapi oleh korteks visual di lobus ospital. Inut ini tidak langsung dikirim ke daerah Wernicke, tetapi harus melewati girus anguler yang mengkordinasikan daerah pemahaman dengan daerah ospital. Setelah tahap ini, prosesnya sama, yaitu pemahaman masukan tersebut di daerah Wernicke. Kemudian dikirim ke daerah Broca, bila memerlukan tanggapan verbal. Bila tanggapannya berupa visual, maka informasi tersebut dikirim ke daerah parietal untuk diproses visualisasinya.
Kedua hemisfer otak mempunyai peranan yang yang berbeda-beda. Fungsi bicara-bahasa dipusatkan pada hemisfer kiri. Hemisfer kiri ini disebut juga hemisfer dominan bagi bahasa, dan korteksnya dinamakan korteks bahasa. Hemisfer dominan atau superior memang agak berbeda dari hemisfer yang tidak dominan (inferior). Hemisfer dominan lebih berat, lebih besar girusnya dan lebih panjang. Hemisfer kiri yang terutama mempunyai arti penting bagi bicara-bahasa, juga berperan untuk fungsi memori yang bersifat verbal (verbal memory). Sebaliknya, hemisfer kanan penting untuk fungsi emosi, lagu isyarat (gesture), baik yang emosional maupun verbal.
Hemisfer kiri memang dominan untuk fungsi bicara bahasa, tetapi tanpa  aktifitas hemisfer kanan, maka pembicaraan seseorang akan menjadi mononton, tak ada lagu kalimat, tanpa menampakkan adanya emosi dan tanpa disertai isyarat-isyarat bahasa.

C.Peran Hemisfer Kiri Dan Hemisfer Kanan
Sebuah penelitian yang amat mendasar mengungkapkan bahwa kedua belahan otak menjalakn fungsinya yang berbeda. Kedua belahan tersebut dihubungkan oleh jaringan yang amat kompleks dari 300 juta neutron. Jaringan ini mengirimkan informasi antar kedua belahan otak.[3]
Hemisfer kiri dan kanan mengendalikan anggota tubuh yang berlawanan. Hemisfer kkiri mengendalikan anggota tubuh bagian kanan. Sedangkan hemisfer kanan mengendalikan anggota tubuh bagian kiri










Hasil penelitian tentang kerusakan otak yang dilakukan oleh Broca dan Wernicke mengarah pada kesimpulan bahwa hemisfer kiri dilibtkan dalam hubungannya dengan fungsi bahasa. Hal ini juga disebut dengan hemisfer yang dominan. Khrasen (1977) mengemukakan lima alasan yang mendasari lima kesimpulan itu. Kelima alasan itu ialah :[4]

1.hilangnya kemampuan berbahasa akibat kerusakan otak lebih sering disebabkan oleh kerusakan jaringan hemisfer kiri daripada hemisfer kanan.

2.ketika hemisfer kiri dianastesia, kemampuan berbahasa menjadi hilang. Tetapi ketika hemisfer kanan yang dianastesia, kemampuan berbahasa itu tetap ada.

3. sewaktu bersaing dalam menerima masukan bahasa secara umum (tes dikotik), ternyata telinga kanan lebih unggul dalam keceptann dan ketepatan pemahaman.

4.Ketika materi bahasa diberikan melalui penglihatan mata kanan dan mata kiri, maka mata kanan lebih cepat dan tepat dalam menangkap materi tersebut.

5.Pada waktu melakukan kegiatan berbahasa, baik secara terbuka maupun tertutup, hemisfer kiri menunjukka kegiatan elektris lebih hebat daripada hemisfer kanan. Hal ini diketahui melalui analisis gelombang otak.


Dalam pembahasan peran hemisfer kiri dan kanan dalam bahasa berkaitan dengan beberapa teori yang berkaitan dengan hal tersebut, yaitu :




1.      Teori Lateralisasi
Teori Lateralisasi adalah suatu teori yang dapat ditarik secara jelas bahwa belahan korteks dominan (hemisfer kiri) bertanggung jawab untuk mengatur penyimpanan, pemahaman dan produksi bahasa. Dari definisi ini sudah dapat ditarik kesimpulan yang menyatakan adanya spesialisasi atau semacam pembagian kerja pada daerah-daerah otak serebrum manusia berdasarkan teori Broca dan Wernicke. Berikut dikemukakan beberapa eksperiman yang pernah dilakukan untuk menyokong teori lateralisasi tersebut.
a.Tes Menyimak Rangkap  (Dichotic Listening)
            Tes ini pertama kali diperkenalkan oleh Broadbent. Tes ini dilakukan dengan memperdengarkan pasangan kata yang berbeda (misalnya boy dan girl atau dog dan cat) pada waktu yang betul-betul bersamaan di telinga kiri dan telinga kanan orang yang dites dengan kenyaringan yang sama. Umpamanya, pada telinga kiri orang yang dites diperdengarkan kata girl dan pada telinga kanan diperdengarkan kata boy.
            Ternyata kata boy yang diperdengarkan pada telinga sebelah kanan dapat diulangi dengan baik daripada kata girl yang diperdengarkan di telinga sebelah kiri. Tes yang dilakukan berulang-ulang terhadap orang-orang berbeda (baik anak-anak maupun dewasa) dan dengan pasangan kata yang berbeda-beda ternyata memberi hasil yang sama, kata yang diperdengarkan di telinga sebelah kanan dapat diulang dengan baik sedangkan kata yang diperdengarkan di telinga sebelah kiri tidak  dapat diulang dengan baik. Hasil tes ini membuktikan bahwa telinga kanan (yang dilandasi oleh hemisfer kiri) lebih peka terhadap bunyi-bunyi bahasa dibandingkan dengan telinga kiri (yang dilandasi oleh hemisfer kanan).
b.Tes Stimulus Elektris (Electrical Stimulation of Brain)
            Tes stimulus elektrik ini pertama kali dilakukan oleh Penfield dan Rasmussen,lalu Penfield dan Robert. Penfield dan Robert menemukan bahwa stimulus elektris pada korteks sebelah kiri telah menyebabkan si pasien kehilangan kemampuan untuk berbicara, sedangkan stimulus yang sama pada korteks sebelah kanan tidak mengganggu kemampuan berbicara si pasien.
c.Tes Grafik Kegiatan Elektris (Electrics-Encephalo-Graphy)
            Tes ini dilakukan untuk mengetahui adakah alliran listrik pada otak apabila seseorang sedang bercakap-cakap dan kalau ada bagian manakah yang giat mendapatkan aliran listrik ini. Tes grafik kegiatan elektris ini juga telah membuktikan bahwa lateralisasi untuk bahasa adalah pada hemisfer kiri, sedangkan hemisfer kanan untuk fungsi-fungsi lain yang bukan bahasa.
d.Tes Wada (Tes Amysal)
            Tes wada ini pertama kali diperkenalkan oleh pakar Jepang bernama J. Wada. Dalam tes ini obat sodium amysal diinjeksikan dalam system peredaran salah satu belahan otak. Belahan otak yang mendapat obat ini menjadi lumpuh untuk sementara. Jika hemisfer kanan dilumpuhkan maka anggota tubuh sebelah kiri tidak dapat berfungsi tetapi fungsi bahasa tidak terganggu dan orang ini dapat bercakap-cakap. Namun saat hemisfer kiri yang diberi, maka anggota badan sebelah kanan yang menjadi lumpuh termasuk fungsi bahasa. Jelas, hasil tes ini membuktikan bahwa pusat bahasa berada pada hemisfer kiri.
e.Teknik Fisiologi Langsung (Direct Physiological Technique)
            Teknik ini telah dilakukan oleh Cohn untuk memperkuat hail-hasil yang dilakukan dengan teknik psiko-fisiologi, yaitu tes menyimak rangkap (dichotic listening). Pada tes menyimak rangkap menyangkut juga faktor psikologi karena subjek ditanyakan oleh orang yang mengetes apa yang ia dengar. Teknik fisiologi ini merekam secara langsung getaran-getaran elektris pada otak dengan cara electro-encephalo-grapky. Setelah telinga kanan dan kiri secara berturut-turut diperdengarkan bunyi bising dan bunyi ujaran bahasa, ternyata suara bising terekam dengan baik pada hemisfer kanan, sedangkan bunyi ujaran bahasa terekam dengan baik pada hemisfer kiri.
f.Teknik Belah Dua Otak (Bisected Brain Technique)
            Pada teknik ini kedua hemisfer sengaja dipisahkan dengan memotong korpus kolosum, sehingga kedua hemisfer itu tidak mempunyai hubungan. Kemudian pada tangan kiri pasien yang matanya ditutup diletakkan misalnya sebuah anak kunci. Ternyata si pasien mengenal benda itu dengan melakukan gerak membuka pintu dengan menggunakan anak kunci tersebut, tetapi ia tidak dapat menyebutkan nama benda tersebut. Karena penyebutan nama benda dilandasi oleh hemisfer kiri, sedangkan tangan kiri yang memegang benda tersebut dilandasi oleh hemisfer kanan. Dengan kata lain, hemisfer kiri tidak mengetahui apa yang dikerjakan oleh hemisfer kanan karena hubungan keduanya telah diputuskan.
            2. Teori Lokalisasi
Teori lokalisasi atau yang lazim juga disebut pandangan lokalisasi berpendapat bahwa pusat-pusat bahasa dan ucapan berada di daerah Broca dan Wernicke sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya. Ada beberapa cara lain untuk menunjukkan teori lokalisai ini, antara lain sebagai berikut:
a.       Teknik Stimulus Elektrik
Teknik ini dilakukan dengan cara menstimulasi bagian-bagian tertentu permukaan korteks dengan aliran listrik. Mereka menemukan bahwa hanya pada tiga bagian yang terdapat kelainan-kelainan yang merusak bahasa yaitu daerah Broca, Wernicke dan korteks motor.
b.      Teknik Perbedaan Anatomi Otak
Geschwind dan Levistsky telah menganalisis secara terperinci 100 otak manusia normal setelah mereka meninggal. Keduanya menemukan bahwa planun temporal yaitu daerah di belakang girus Hescl (daerah-daerah bahasa, medan Wernicke) jauh lebih besar pada hemisfer kiri.Bahkan perbedaan ini dapat langsung dilihat oleh mata.
c.       Cara melihat Otak Dengan PET (Positron Emission Tomography)
Dengan cara ini kita melihat bagian-bagian otak, terutama korteks pada waktu bagian-bagian itu sedang berfungsi. Dengan cara, setengah jam sebelum kepala pasien dimasukkan ke dalam PET, cairan glukosa beradioaktif disuntikkan ke lengannya. Jika suatu bagian otak bekerja aktif, dia memerlukan glukosa yang banyak. Maka dengan pertolongan glukosa ini proses-proses pemikiran dalam otak yang bekerja dan memerlukan glukosa akan tampak bersinar, berwarna merah dan bergerak-gerak.


D.Gangguan Berbahasa
            Meskipun ukuran otak hanya maksimal 2% dari seluruh ukuran badan manusia akan tetapi otak banyak sekali menyedot energi. Apabila aliran darah pada otak tidak cukup atau ada penyempitan pembuluh darah maka akan terjadi kerusakan pada otaki atau biasa disebut dengan stroke.
            Stroke mempunyai berbagai akibat karena adanya control silang dari hemisfer kiri dan kanan. Apabila stroke terdapat pada hemisfer kiri maka akan menyebabkan gangguan pada belahan kanan dan sebaliknya. Biasanya kerusakan pada hemisfer kiri mengakibatkan munculnya gangguan wicara. Gangguan wicara yang disebabkan oleh stroke disebut dengan afasia (aphasia).
            Afasia juga diartikan sebagai gangguan yang berkenaan dengan hilangnya kemampuan seseorang dalam berbicara atau menulis, mamahami makna ujaran yang diucapkan. Adapun macam-macam afasia adalah sebagai berikut:
1.      Afasia Broca
Afasia Broca ialah kerusakan yang terjadi pada daerah broca,karena daerah ini berdekatan dengan jalur korteks motor, sehingga alat-alat ujaran seperti mulut bisa terganggu. Kadang-kadang mulut bisa bencong dan menyebabkan gangguan pada pengungkapan ujaran sehingga kalimat yang diproduksi terpatah-patah.
2.      Afasia wernicke
Afasia Wernicke ialah kerusakan pada daerah wernicke, sehingga penderita afasia ini tetap lancar berbicara hanya saja kalimat-kalimatnya sukar untuk dimengerti karena banyak kata yang tidak cocok dengan maknanya dengan kata-kata lain sebelum dan sesudahnya.
3.      Afasia Anomic
Afasia anomic ialah kerusakan otak terjadi pada bagian depan dari lobe pariental atau pada batas antara lobe pariental dengan lobe temporal. Sehingga penderita ini tidak mampu mengaitkan konsep dan bunyi. Jadi bila pasien ini diminta untuk mengambil benda yang bernama gunting dia akan bisa melakukannya. Akan tetapi, kalau kepadanya di tunjukkan gunting dia tidak dapat mengatakan nama benda itu.       
4.      Afasia Global
Afasia global ialah kerusakan yang terjadi tidak hanya satu daerah saja tetapi dibeberapa daerah yang lain, kerusakan bisa menyebar dari daerah broca melewati korteks motor menuju lobe pariental dan sampai kedaerah wenicke. Sehingga mengakibatkan gangguan fisikal dan verbal yang sangat besar. Dari segi fisik penderita bisa lumpuh disebelah kanan, mulut bisa moncong dan lidah bisa menjadi tidak cukup fleksibel, dari segi verbal dia bisa sukar memahami ujaran orang dan ujaran dia tidak mudah dimengerti orang karena kata-kata yang tidak jelas.
5.      Afasia Konduksi
Afasia konduksi ialah kerusakan yang terjadi pada organ yang menghubungkan lobe frontal dan lobe temporal sehingga penderita ini tidak dapat mengulangi kata yang diberikan padanya.
6.      Disartia (dysarthria)
Ialah gangguan yang berupa lafadz ujaran yang tidak jelas tetapi ujarannya utuh. Gangguan ini terjadi karena bagian rusak pada otak hanyalah pada bagian korteks motor saja, sehinnga
Mungkin hanya lidah bibir atau rahangnya saja yang berubah.
7.      Demensia (Dementia)
Demensia ialah gangguan pada pembuatan ide yang akan dikatakan, sehinnga isi ujaran bisa loncat-loncat kesana kemari.
8.      Aleksia (Alexia)
Aleksia ialah hilangnya kemampuan untuk membaca.
9.      Agrafia (Agraphia)

Agrafia ialah hilangnya kemampuan untuk menulis dengan huruf-huruf yang normal.

BAB III
PENUTUP


A.    KESIMPULAN.
Otak terdiri dari dua hemisfer (belahan), yaitu hemisfer kiri dan hemisfer kanan, yang dihubungkan oleh korpus kalosum. Tiap hemisfer terbagi lagi dalam bagian-bagian besar yang disebut sebagai lobus, yaitu lobus frontalis, lobus parietalis, lobus oksipitalis, dan lobus temporalis.
Hemisfer kiri memang dominan untuk fungsi bicara bahasa, tetapi tanpa  aktifitas hemisfer kanan, maka pembicaraan seseorang akan menjadi mononton, tak ada lagu kalimat, tanpa menampakkan adanya emosi dan tanpa disertai isyarat-isyarat bahasa
Teori Lateralisasi adalah suatu teori yang dapat ditarik secara jelas bahwa belahan korteks dominan (hemisfer kiri) bertanggung jawab untuk mengatur penyimpanan, pemahaman dan produksi bahasa.
Teori lokalisasi atau yang lazim juga disebut pandangan lokalisasi berpendapat bahwa pusat-pusat bahasa dan ucapan berada di daerah Broca dan Wernicke
Kerusakan pada hemisfer kiri mengakibatkan munculnya gangguan wicara. Gangguan wicara yang disebabkan oleh stroke disebut dengan afasia (aphasia).














DAFTAR PUSTAKA
Chaer Abdul. Psikolinguistik. Jakarta. PT Rineka Cipta, 2009
Rose Colin Dkk . Accelerted Learning, diterjemahkan oleh Dedy Ahimsa. Jakarta. Anggota IKAPI, 2006.



[1] Suryani, Psikologi Kognitif, (Surabaya : Dakwah Digital Press, 2007), hal. 23 
[2] Danny D. Steinberg, Psycholinguistics, (England : Pearson Education Limited, 2001), hal. 322 
[3] Colin Rose dan Malcom J. Nicholl, Accelerted Learning, diterjemahkan oleh Dedy Ahimsa (Jakarta :
Anggota IKAPI, 2006), hal 125
[4] Abdul Chaer, Psikolinguistik,(Jakarta; PT.Rieneka Cipta)  Hal. 124

1 komentar:

  1. Casino City, NY - MapyRO
    Casino 경산 출장샵 City in 동해 출장마사지 New York, NY 삼척 출장안마 at MapyRO. View real-time driving 영주 출장마사지 directions, reviews and 오산 출장안마 road conditions for Casino City, NY.

    BalasHapus